BAB II
PEMBAHASAN
Latar belakang
Jamiyat Al-Khair
Pengaruh
PAN-Islamisme dengan cepat merambah ke berbagai bidang dan mendesak
dilaksanankannya pembaharuan, termasuk pembaharuan di bidang pendidikan agam.
Menurut Muhammad Abduh, bahwa ilmu pengetahuan modern dan islam dalah sejalan
dan sesuai, karena dasar ilmu pengetahuan adalah sunatullah,sedangkan dasar islam adalah wahyu
Allah. Keduanya berasal dari Allah. Oleh karena itu umat islam harus menguasai
keduanya. Umat islam harus mempelajari dan mementingkan ilmu pengetahuan modern
di samping ilmu pengetahuan agama.
Muhammad
Abduh melihat bahaya yang akan timbul dengan adanya dikotomi sistem dalam
pendidikan. Sistem madrasah lama akan mengeluarkan ulama-ulama yang tak ada
pengetahuannya tentang ilmu-ilmu modern, sedang sekolah-sekolah pemerintah akan
mengeluarkan ahli-ahli yang sedikit pengetahuannya tentang agama.
Kesemua
ini menimbulkan kesadaran di kalangan masyarakat arab Indonesia tentang
perlunya mendirikan suatu organisasi yang mengelola pendidikan sesuai dengan
pendapat Muhammad Abduh, mereka merasa tertantang untuk menjawab permasalahan
pendidikan yang terjadi di Indonesia khususnya di Batavia
Kebijakan
politik Belanda dalam bidang pendidikan, membuka cakrawala baru bagi para
cendikiawan muslim, khususnya di Batavia yang berhasrat untuk membuka lembaga
pendidikan islam. Maka atas prakarsa beberapa pemuka masyarakat arab yang
berpikiran maju, lahirnya lembaga pendidikan Islam modern pertama di Indonesia,
bernama Jamiyat khair.
1.
Al-Jamiyatul
al-Khair
Gerakan
pembaharuan islam di Indonesia mulai berakar pada permulaan abad 20 yang
berkembang dari waktu ke waktu selama empat dasawarsa . Perkembangan dan
penyebaran nya pun semakin luas. Satu hal penting, pembaharauan islam
diindonesia tidak terlepas dari pengaruh
dari pembaharuan yang terjadi timur tengah dan mesir terutama pemikiran-pemikiran
para tokoh-tokoh yaitu ibnu tayimiah, Muhammad ibnu Abdul Wahhab, Jamaluddin
Al-afgani, Muhammad abduh, dan Rasyid Ridha. Dalam hal pemurnian, gerakan
pembaharuan islam diindonesia banyak di ilhami oleh ibn taiyimiah dan Muhammad
ibn Abdul Wahhab Gerakan pendidikan dipengaruhi oleh Muhammad Abduh sedangkan
gerakan politik dipengaruhi oleh Jamaludin Al-afghani.
Proses pendirian
jamiyatul khair banyak mengalami hambatan. Permohonan ijin berulang kali di
ajukan kepada gubernur jenderal W Roosboom, tetapi selalu di tolak dan
penyebabnya tidak jelas. Kemudian, untukmeyakinkan pemerintah colonial belanda surat
permohonan di kirim berulang kali dengan mencantumkan nama permohonan yang
berbeda yaitu said bin Ahmad basabdid dan Muhammad bin Abdurrahman al-mansyur.
Setelah menunggu lama akhirnya ijin jamiatul khair di keluarkan pada tanggal 17
juni 1905 setelah permohonan izin dikeluarkan oleh gubernur Jenderal J.V.Van
Heutsz, jamiyatul khair tidak boleh mendirikan cabang di luar Jakarta
Pengurus-pengurus
jamiatul khair tersebut adalah :
1)
Angkatan I
terdiri dari said bin Ahmad Basandid )sebagai ketua), Muhammad bin Abdullah bin
shihab (wakil ketua), Muhammad Fakhir bin Abdurrahman Mansyur (sekretaris),
Idrus binAhmad bin Shihab (bendahara). Setahun kemudian diubah pengurus baru
2)
Angkatan II
terdiri dari Idrus bin Abdullah Al-Mansyur(Ketua). Salim bin Ahmad Balwel
(wakil ketua), Muhammad Al-Fakhir bin Abdurrahman Al-Mansyur (Sekretaris),
Idrus bin Ahmad bin Shihab (bendahara)
Organisasi
pembaharauan pertama yang didirikan Indonesia adalah Jamiyatul Khair pada tanggal 15 juli 1905.
Pendirinya bernama Sayid Muhammad al-fatch ibn Abdurrahman Al-Masjhur, Sayid
Muhammad ibn Abdullah ibn Sjihab, Sayid Idrus ibn Ahm,ad ibn sjihab dan Sayid
Sjehan ibn sjihab.
Meskipun organisasi ini mayoritas anggotanya adalah orang-orang
arab, tetapi terbuka untuk setiap muslim tanpa diskriminasi. Kegiatan yang
menjadi perhatian organisasi ini meliputi dua bidang yaitu pendirian dan
pembinaan sekolah pada tingkat dasar dan pengiriman anak-anak muda ke turki
untuk melanjutkan studi.
Pentingnya
jamiyatul khair terletak pada kenyataan bahwa organisasi inilah yang memulai
organisasi modern dalam masyarakat islam. (yaitu dengan adanya anggaran dasar,
daftar anggota tercatat dan rapat-rapat berkala) dan mendirikan sekolah
menerapkan sistem modern (adanya kurikulum, sistem klasikal, dan perlengkapan
kelas.
Pimpinan-pimpinan
Jamiyatul Khair mempunyai hubungan yang luas dengan luar negeri, khususnya
negeri-negeri Islam seperti Mesir dan Turki. Mereka mendatangkan majalah-majalah dan surat-surat kabar
(seperti ‘utusan Hindia’ di bawah pimpinan Haji Umar Said Cokroaminoto, Maret
1913) yang dapat membangkitkan nasionalisme Indonesia seperti Al-Mu’ayat,
Al-liwa, Al-ittihad, dan lainnya. Mereka mendatangkan surat kabar dan makjalah
dari timur tengah dan melakukan korespodensi dengan tokoh-tokoh pergerakan dan surat kabar luar negeri dengan demikian,
berita mengenai kekejaman colonial belanda di Indonesia dapat sampai ke dunia
luar.
Jamiyatul khair
juga ikut memberikan kontribusi dalam perjuangan membebaskan tanah air dari
cengkreman para penjajah serta melakukan syiar Islam keseluruh nusantara.
Bahkan, snouck Horgronje seorang orientalis sempat menuding jamiyatul khair
membahayakan pemerintah colonial belanda di Indonesia.
Namun demikian,
umur organisasi ini tidak panjang. Setelah kedatangan Ahmad sookarti dan
kawan-kawannya sebagai guru di sekolah jami’atul khoir, di samping mengajarkan
pelajaran-pelajaran umum, juga menekankan daya kritik dan pemikiran kembali
kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Mereka memperkenalkan ide-ide mengenai
persamaaan sesama muslim. Ide yang terakhir inilah yang menyebabkan kedudukan
para sayid merasa terancam. Dari sisnilah benih perpecahan mulai muncul.
Akhirnya Ahmad sookarti keluar dari jamiyatul khoir dan merintis berdirinya
organisasi al-irsyad.
Pemikiran dan
Gerakan Organisasi
Perkumpulan ini
menitikberatkan pada semangat pembaharuan melalui lembaga pendidikan modern.
Namun, organisasi disinyalir sebagai organisasi politik yang bergerak di bidang
sosial kemasyarakatan yang telah memberikan inpirasi lahirnya budi utomo, Jamiyatul
khair membangun sekolah bukan semata-mata bersifat agama, tetapi juga sekolah
dasar biasa dengan kurikulum agama, berhitung, sejarah, ilmu bumi, bahasa
pengantar Melayu. Bahasa inggris merupakan pelajaran wajib sebagai pengganti
bahasa beland. Pelajaran Bahasa arab sangat di tekankan sebagai alat untuk
memahami sumber-sumber islam
Kemudian,
organisasi ini juga meluaskan sayapnya dengan mendirikan panti asuahan piatu
darul aitam. Habib Abu Bakar bersama dengan sejumlah alawiyin mendirikan
sekolah untuk putra (aulad) di jalan karet dan untuk putrid (banat) di jalan kebon melati, tanah
abang. Mereka juga mendirikan cabang jamiyatul khair di Tanah Tinggi,senen.
Gerakan
Al-Islah wal Irsyad
Gerakan
al-islah wal Irsyad atau yang lebih dikenal dengan gerakan al-Irsyad
sesungguhnya merupakan sempalan dari jamiyat khair. Dikarenakan ada perbedaan
pendapat tentang persoalan ‘kafaah’, yaitu boleh tidaknya golongan arab
keturunan Ali bin Abi Thlaib (golongan alawy) kawin dengan golongan lainnya.
Menurut pendapat Ahmad sookarti perkawinan seperti ini adalah boleh, dan tentap
dinyatakan ‘kufu’ atau seimbang. Pendapat sookarti seperti ini didasarkan pada
surat al-Hujurat: 13, bahwa yang dinilai paling mulia di sisi Allah adalah
orang yang paling taqwa’’.
Selain itu,
terdapat banyak bukti bahwa para sahabat kawin satu sama lain tanpa memandang
keturunan sayyid atau tidaknya. Ternyata pendapat ini menimbulkan ketidak
senangan golongan arab seketurunan dengan sayidina Ali, keluarga nabi, dan
berakhir dengan perpecahan. Kemudian, syekh Ahmad sukarti pada tahun 1914 M
mendirikan perkumpulan al-islah wa al
irsyad. Maksudnya ialah memajukan pelajaran agama islam yang murni di
kalangan bangsa arab Indonesia. Sebagai amaliyahnya berdirilah beberapa
perguruan Al-Irsyad di mana-mana, di antarnya pada atahun 1915 M di Jakarta.
Selain itu, banyak bergerak dalam bidang sosial dan dakwah islam dengan dasar
Al-qur’an dan Sunah rasul secara murni dan kosekwen.
Di dalam akte
pendirian dan anggaran dasar Al-Irsyad yang disahkan oleh Gubernur Jenderal
Belanda tercatat pengurus pertamanya adalah:
1)
Salim bin Awad
Balweel sebagai ketua
2)
Muhammad Ubaid
Abud sebagai sekretaris
3)
Said bin Salim
Masy’abi sebagai bendahara
4)
Saleh bin Ubaid
bin Abdat sebagai penasehat.
Setelah
keluarnya beslit dari Gubernur Jenderal itu pada hari selasa tanggal 19
syawal/31 agustus 1915 telah di adakan rapat umum anggota. Dalam rapat itu di
putuskan sususnan pengurus untuk kepentingan intern yaitu:
1)
Salim bin Awad
Balweel sebagai ketua
2)
Saleh bin Ubaid
bin Abdat wakil ketua
3)
Muhammad Ubaid
Abud sebagai sekretaris
4)
Said bin Salim
Masy’abi sebagai bendahara
Al-irsyad
didirikan oleh syeikh Ahmad sookarti tahun 1914 dengan tujuan untuk memajukan
pelajaran agama Islam secara murni di kalangan bangsa arab peranakan. Untuk hal
itu mereka mendirikan berbagai madrasah atau perguruan al-irsyad, terutama di
daerah pesisir, dimana sebagian besar mereka tinggal, seperti di Surabaya,
Pekalongan, Tegal dan Jakarta. Di samping itu mereka bergera dalam bidang
sosial dan da’wah islam dengan dasar Al-Qur’an dan as-Sunah secara murni.
Al-irsyad
sendiri merupakan organisaasi islam yang secara resmi menekankan perhatian pada
bidang pendidikan, terutama pada masyarakat Arab meskipun anggotanya ada dari
non-arab. Secara lebih luas sikap dan tujuan organisasi ini adalah: Menjalankan
dengan sungguh-sungguh agama islam sebagaimana ditetapkan Al-Qur’an dan sunah;
memajukan hidup dan kehidupan sacara islam dalam arti kata luas dan dalam; dan
membantu menghidupkan semangat untuk bekerja sama di antara berbagai golongan
dalam setiap kepentingan bersama (Pengurus
Besar Al-irsyad, 1938; 3-7)
Al-irsyad
berjasa adalam mendidrikan banyak lembaga sekolah dari tingkat dasar hingga
sekolah guru. Ada juga sekolah takhaus dengan spesialisasi dalam bidang agama,
pendidikan atau bahasa. Al-irsyad juga,
memberikan beasiswa untuk beberapa kelulusannya guna belajar keluar negeri ,
terutama mesir. Organisasi ini juga mempergunakan tabligh dan pertemuan-pertemuan
sebagai cara untuk menyebarkan pahamnya. Ia juga menerbitkan buku-buku dan
pamphlet-pamflet.
a.
Pemikiran dan
gerak organisai
Organisasi
ini merupakan perhimpunan yang berakidah islamiyah yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat di bidang pendidikan, pengajaran, serta sosial dan dakwah
bertingkat nasional. Organisasi ini tidak mempunyai kaitan dengan politik
apapun serta tidak mengurusi masala-masalah politik praktis.
Al-irsyad
di masa-masa awal kelahirannya dikenal sebagai kelompok pembaharu islam di
Nusantara bersama Muhammadiyah dan Persis. Tiga tokoh utama Ahmad sukarti KH
Ahmad Dahlan Ahmad Hassan sering disebut trio Pembaharu Islam Indonesia.
Gerakan
Al-Irsyad dari sudut pembaharuan dan pemikirannya mempunyai kesamaan dengan gerakan
reformis di Mesir. Sementara itu, Muhammadiah timbul sebagai reaksi terhadap
politik pemerintah belanda yang berusaha untuk menasranikan orang Indonesia. Muhammadiah
lebih banyak peranannya pada pembangunan lembaga-lembaga pendidikan, seangkan
Al-irsyad begitu lahir terlibat dengan berbagai masalah diniyah. Opensif
al-Irsyad telah menempatkannya sebagai pendobrak sehingga pembinaan organisasi
agak tersendat.
Selain
itu, Al-Irsyad juga merambah bidang kesehatan dengan mendirikan beberapa rumah
sakit seperti RSU Al-irsyad di Surabaya dan RS Siti Khadijah di Pekalongan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Jamiyat khair
adalah sebuah organisasi sosical yang ditekankan bergerak di bidang pendidikan.
Jamiyat khair pada awalnya beregerak di sekolah dasar. Sekolah dasar jamiyat
khair bukan semata-mata mempelajari pengetahuan agama tetapi juga mempelajarai
pengetahuan umum lainnya seperti lazimnya suatu sekolah dasar biasa, misalnya
berhitung, sejarah kebudayaan islam, imu bumi, bahasa inggris dan sebagainya.
Kurikulum sekolah dan jenjang kelas-kelas telah di susun dan terorganisir dan
bahasa pengantar yang dipergunakan untuk mengajar dan setiap harinya yaitu
bahasa Indonesia dan bahasa melayu.
Al-irsyad berdiri
setelah jamiyat al-khair yaitu organisasi yang didirikan warga keturunan arab
di Jakarta yang hanya khusus bergerak dalam bidang pendidikan. Salah satu tokoh
penting dan sangat berpengaruh adalah Ahmad sookarty
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
Samsul, 2009. Studi Kemuhammadiyahan,Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara: LPID
Amini,
Nur Rahmah,2014.Kemuhammadiyahan,Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara: UMSU PRESS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar